Beberapa
tahun belakangan, seiring semakin pesatnya perkembangan media sosial, banyak
berseliweran kabar perselingkuhan yang lewat di lini masa media sosial saya.
Mulai dari perselingkuhan yang dilakukan para public figure, hingga
perselingkuhan yang dilakukan “orang biasa”.
Dulu,
kronologis serta dedail perselingkuhan yang lengkap hanya bisa kita saksikan
via infotainment. Saat ini, kronologis serta detail perselingkuhan yang lengkap
bisa kita konsumsi via media sosial.
Sebetulnya,
saya gak peduli sih. Mau artis atau “orang biasa” selingkuh itu bukan urusan
saya. Tapi dari dulu, berita perselingkuhan di infotainment atau media sosial
gak bisa saya hindari karena kerap kali muncul di hadapan saya. Mau gak mau,
saya jadi tahu garis besarnya kayak gimana, mulai dari kronologis, teknis
perselingkuhan yang dilakukan, hingga snowball effect setelah perselingkuhan
tersebut ketahuan publik.
Dari
segala macam drama tersebut, saya hanya bisa menyimpulkan, “Orang selingkuh
itu sungguh merupakan orang yang kufur nikmat!”
Kenapa
gak jujur aja sih?
Ada
banyak alasan orang yang pacaran atau yang sudah menikah itu selingkuh. Ada
yang merasa tidak puas dengan pasangan, baik secara materi (baca: ekonomi)
maupun secara batiniah (baca: urusan ranjang), hingga perselingkuhan yang
“terjadi begitu saja” seiring adanya kesempatan yang terjadi di depan mata
secara spontan. Apapun alasannya, yang namanya selingkuh itu salah! Titik!
Sewaktu
sekolah maupun kuliah, saya pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita.
Ketika saya sudah tidak tahan lagi menjalin hubungan dengan sakah satu wanita
tersebut, saya sih berkata jujur dari awal. Misalnya, “Aku mau kita putus.
Kamu egois. Gak pernah ngertiin aku”, “I’m sorry, but you’re not the one
I’m looking for”, maupun alasan teknis lainnya.
Saya
memang telah menyakiti hati orang lain dengan berkata seperti itu. Namun saya
rasa, jujur seperti itu lebih baik daripada saya harus diam-diam menjalin
asmara dengan orang lain tanpa sepengetahuannya. Saya juga bisa menerima ketika
saya diputusin dengan berbagai alasan yang sudah saya sebutkan di atas. Fair
play. Fair enough.
Kalau
dalam terms dunia kerja profesoinal, “Bukankah lebih baik resign dulu dari
pekerjaan yang sekarang daripada ketahuan bekerja di dua perusahaan yang sama
pada satu waktu?“
Karena
meskipun dua pekerjaan yang dilakoni tersebut selesai sesuai target, jika
ketahuan, pastinya kedua perusahaan tersebut pasti bakal sebel juga kan dengan
pekerja tersebut? Pekerja tersebut dianggap tidak profesional dan bisa saja
dipecat, bukan?
Jadi,
misalnya kamu gak puas secara batiniah (baca: urusan ranjang) dengan pasangan,
ya katakan saja. Lebih baik berkata “Kamu mah gak tahan lama ih. Aku mau
kita berpisah soalnya aku gak puas kalau sebentar” daripada diam-diam
selingkuh dengan seseorang gak sesuai dengan kriteria yang diinginkan, bukan?
Atau, kalau mau ekstrim tapi mengusung kejujuran mah ya sedari awal sepakat
untuk mengusung konsep “open marriage” kayak Will Smith dan Jada Pinkett.
Selingkuh
itu kufur nikmat!
Bagi saya sih, orang yang selingkuh itu kufur nikmat. Kenapa? Karena bagi saya, bisa dapat pacar apalagi pasangan sah itu susahnya minta ampun? Kita harus berupaya keras untuk mendapatkannya. Kita harus berupaya atau bahkan bisa disebut menyisihkan banyak hal, mulai dari waktu, materi, hingga tenaga. Mau kamu tinggal di kontrakan petak 3x3 pinggiran kabupaten atau kamu anggota Keluarga Kerajaan Inggris pun tetap harus menyisihkan ketiga hal tersebut.
Nah,
setelah selesai mendapatkannya, kenapa dibuang begitu saja? Bukankah itu kufur
nikmat? Ibarat sudah menabung bertahun-tahun untuk membeli sepeda motor atau
mobil impian, tapi setelah punya, dibiarkan tergeletak di pinggir jalan begitu
saja karena kamu memutuskan untuk membeli sepeda motor atau mobil lain yang
menurutmu lebih menarik. Kenapa gak jual dulu sepeda motor atau mobil tersebut
dengan baik-baik, baru ganti kendaraan? Dalam hal hubungan antar dua orang manusia,
lebih baik putus baik-baik daripada selingkuh diam-diam, bukan? Kira-kira
itulah analogi yang menurut saya pas.
Kenapa
pula orang-orang tidak bisa setia? Seperti saya yang setia dengan sepeda motor
Honda Supra X 100 saya yang sudah menemani saya selama lebih dari lima tahun?
Kenapa orang-orang bisa memiliki sepeda motor lebih dari satu? Bukankah lebih
baik fokus mengendarai dan merawat satu kendaraan dalam satu waktu alih-alih
mengendarai dan merawat banyak kendaraan dalam satu waktu? Lagipula, ini bukan
perkara kendaraan.
Baca tulisan saya di Mojok: Review Honda Supra X 100 yang Berusia 20 Tahun, Motor Tua Paling Irit
Baca tulisan saya di Mojok: Nggak Masalah Dikatain kayak Tukang Galon karena Pakai Motor Honda Supra X, yang Penting Hasil Keringat Sendiri!
Kenapa
orang-orang mau repot-repot selingkuh sih? Kenapa orang-orang mau repot-repot
berbohong pada pasangan, bela-belain beli dia HP untuk selingkuh, hingga
mengajak orang lain untuk menutupi perselingkuhan tersebut biar gak ketahuan
pasangan resmi? Kalau emang udah gak suka atau udah gak puas, kenapa gak jujur
aja?
Mungkin
bagi sebagian orang, selingkuh adalah jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi. Ada juga yang emang punya “fetish” atau kepuasan yang
hanya bisa dicapai dengan berselingkuh agar adrenaline meningkat sehingga
merasa sangat puas. Namun, yang namnaya selingkuh, hanya membaca diri pada yang
namanya kehancuran, baik pada diri sendiri maupun pasnagan.
Kalau
memang merasa pasanganmu itu gak cukup untukmu, kenapa tak jujur dari awal
daripada main di belakang? Kalau kamu (pelaku selingkuh) masih memilih untuk
selingkuh, ada baiknya untuk bermuhasabah diri karena yang namanya selingkuh
itu, benar-benar kufur nikmat. Sebab, ada dosa dalam hubungan yang masih bisa
dimaafkan, seperti ngiler sewaktu tidur atau punya penghasilan yang kecil, tapi
tidak dengan selingkuh apalagi KDRT, karena dosa itu tak bisa dimaafkan sama
sekali, seperti layaknya menyekutukan Tuhan pada entitas lain.
0 Comments